Jumat, 18 Oktober 2013

PENGARUH SIKAP BELAJAR MATEMATIKA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 MAKASSAR



I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan pendidikan, karena tidak saja akan memberikan arah kemana harus menuju, tetapi juga memberikan ketentuan yang positif dalam memilih materi (isi), metode, alat evaluasi dalam kegiatan yang dilakukan. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah kedewasaan.
Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan, yang dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak mengherankan jika pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
 Mengingat pentingnya peranan matematika maka hasil belajar matematika setiap sekolah perlu mendapatkan perhatian yang serius. Olehnya itu, para siswa dituntut untuk menguasai pelajaran matematika, karena disamping sebagai ilmu dasar juga sebagai sarana berfikir ilmiah yang sangat berpengaruh untuk menunjang keberhasilan belajar siswa dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik, intelegensi, sikap, bakat, minat dan perhatian, motivasi, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan lain-lain
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu sikap belajar. Di lapangan, sebagian siswa biasa mengatakan”saya senang belajar matematika, gurunya ramah, dan penjelasannya mudah dimengerti”. Namun kebanyakan dari mereka sering mengatakan “saya tidak senang belajar matematika, susah mempelajarinya, dan banyak rumus-rumus yang perlu dihafal”. Hal ini mencerminkan sikap siswa terhadap pelajaran matematika, baik berupa sikap positif maupun sikap negatif. Sikap positif adalah pertimbangan siswa bahwa pelajaran matematika sangat bermanfaat bagi dirinya.
Perhatian orang tua sebagai salah satu faktor dari luar diri siswa dapat dipandang sebagai salah satu variabel yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar termasuk hasil belajar matematika. Anggapan ini didasarkan pada kenyataan bahwa anak berada di sekolah hanya kurang lebih 7 jam perhari, sementara sisanya 17 jam sehari semalam digunakan di luar sekolah. Sebagai orang tua yang bijaksana seharusnya dapat mengontrol penggunaan waktu di luar sekolah tersebut agar tidak digunakan untuk kegiatan yang kurang bermanfaat. Orang tua dituntut untuk bersikap seperti guru, mengetahui masalah-masalah dan tugas anaknya di sekolah, mengevaluasi perkembangan anaknya, serta bekerja sama dengan guru dan pimpinan sekolah.
Mardiatmaja (1990) juga menyatakan bahwa pemilik utama dari hak dan kewajiban mendidik adalah orang tua. Secara intuitif setiap orang tua pasti mendidik anaknya. Di samping itu pada praktek kehidupan sehari-hari orang tua berpartisipasi aktif pada kebijakan sekolah. Dengan demikian keterlibatan orang tua pada kegiatan anak di sekolah  merupakan salah satu faktor yang diduga dapat meningkatkan proses pendidikan siswa disekolah. Slameto (1988) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh keluarga dalam cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, dan suasana rumah tangga.
Selain guru, orang tua juga harus mampu menciptakan situasi yang dapat menunjang perkembangan belajar siswa, termasuk dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Semua ini tidak terlepas dari perhatian yang diberikan oleh orang tua terhadap kegiatan belajar seorang siswa. Sehingga orang tua dan guru akan dapat berperan sebagai motivator siswa dalam belajar khususnya dalam belajar matematika.
Berkaitan dengan kenyataan yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Oleh karena itu, faktor-faktor penyebab kesulitan siswa khususnya yang secara teoritis mempengaruhi hasil belajar matematika perlu diteliti secara sistematis. Sehingga karakter siswa yang diduga mempengaruhi hasil belajar matematika dapat ditelusuri secara lebih seksama. Dengan demikian sebagai langkah awal dianggap perlu untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matemtika. Faktor-faktor yang dimaksud adalah sikap belajar matematika siswa dan perhatian orang tua/wali siswa.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan berkaitan dengan sikap belajar matematika dan perhatian orang tua/wali siswa, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tentangPengaruh Sikap Belajar Matematika dan Perhatian Orang Tua/Wali Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika  Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Makassar”.
B.     Rumusan Masalah
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang terkait dengan penelitian ini, yaitu:
a.         Adanya kecenderungan menurunnya prestasi belajar yang dicapai siswa-siswa di segala jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia termasuk SMA sehingga perlu mendapatkan perhatian dan penanganannya.
b.        Salah satu indikator yang menyebabkan prestasi belajar siswa menurun adalah pengaruh perhatian orang tua, yang kurang baik.
c.         Disisi lain sikap belajar matematika yang merupakan salah satu penunjang kesuksesan belajar belum sepenuhnya dipunyai oleh siswa.
d.        Hasil prestasi belajar siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal merupakan hal yang sangat pokok untuk diperhatikan, karena dengan mengetahui hasil belajar siswa kita akan mengetahui pula efektifitas proses belajar dan mengajar yang berlangsung di sekolah.
2.      Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas, agar permasalahan pada rumusan masalah  dapat terarah dan secara mendalam, maka istilah dibatasi sesuai dengan rumusan masalah tersebut, yakni sebagai berikut:
1.      Peneliti hanya meneliti siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar tahun ajaran 2013/2014 pada bidang studi matematika.
2.      Perhatian orang tua dalam penelitian ini adalah Kecenderungan atau Keaktifan perhatian orang tua yang dikerahkan, untuk memberikan motivasi atau dorongan yang positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar yang optimal.
3.      Sikap belajar matematika dalam penelitian ini adalah perasaan terhadap matematika dan kesiapan  untuk mempelajarinya, dimana perasaan tersebut dapat berupa perasaan positif ataupun perasaan negatif terhadap matematika..
4.      Hasil belajar siswa dibatasi pada nilai hasil ujian semester ganjil mata pelajaran matematika.
3.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Seberapa besar sikap belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
2.      Seberapa besar perhatian orang tua siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
3.      Seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
4.      Apakah sikap belajar matematika berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
5.      Apakah perhatian orang tua siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
6.    Apakah sikap belajar matematika dan perhatian orang tua siswa secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui seberapa besar sikap belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
2.      Mengetahui seberapa besar perhatian orang tua siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
3.      Mengetahui seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
4.      Mengetahui pengaruh sikap belajar matematika terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
5.      Mengetahui pengaruh perhatian orang tua siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
6.      Mengetahui pengaruh sikap belajar matematika dan perhatian orang tua siswa secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
D.    Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Dengan mengetahui seberapa besar pengaruh sikap belajar matematika dan perhatian orang tua siswa terhadap hasil belajar matematika, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam proses pembelajaran matematika.
b.        Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam mengajar. Pertimbangan tersebut dapat berupa penekanan dalam mengantisipasi variabel mana yang masih perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
c.         Sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya bidang studi matematika.
d.        Sebagai bahan referensi atau rujukan bagi penelitian terkait.
II.                KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.  Kerangka Teoretik
1.      Hasil Belajar Matematika
a.    Pengertian Belajar Matematika
Istilah belajar merupakan istilah yang sudah lazim di kalangan masyarakat. Banyak ahli telah memberi batasan atau definisi tentang belajar. Definisi belajar sangat sulit untuk diformulasikan secara utuh atau memuaskan, karena melibatkan semua aktifitas dan proses yang diharapkan untuk dimasukkan ataupun dihapus.
Menurut Slameto (Haling, 2006: 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Wingkel (Haling, 2006: 2) menjelaskan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologi yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat konstan/menetap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku nyata.
Hamalik (Haling, 2006: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perkembangan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan, belajar itu perubahan-perubahan yang psikhis. Sedangkan Sadiman, dkk (1996: 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.
Belajar sebagai suatu perubahan yang relative dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Selanjutnya menurut Nasution (Masnaini, 2003: 5) mengemukakan pengertian hakekat belajar: (1) belajar adalah perubahan pengetahuan; dan (2) belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 6).
Menurut Glender (Haling, 2006: 2), belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan , dan sikap. Selain itu Fontana (Winataputra, 1994: 2) berpendapat bahwa Belajar mengandung pengertian proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Definisi tersebut memusatkan perhatian pada tiga hal yaitu (1) bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku individu; (2) bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman; dan (3) bahwa perubahan itu terjadi pada perilaku individu yang mungkin.
Sebagaimana yang dikatakan Sahabuddin (Haling, 2006: 2) bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya. Selain itu Thursan Hakim dalam bukunya Belajar Secara efektif (2002) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuannya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 6).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
Belajar Matematika adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik. Dengan belajar Matematika, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang akan terbentuk dan berkembang menjadi suatu hasil. Belajar Matematika juga merupakan suatu proses kegiatan yang diharapkan mampu memberikan perubahan pada keterampilan siswa. Keterampilan yang dimaksud adalah pemahaman terhadap struktur, hubungan, pola dan bentuk seperti yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990) yang menyatakan bahwa ”objek penelaahan Matematika tidak sekedar kuantitas tetapi lebih dititikberatkan pada hubungan, pola, bentuk dan struktur”. Selanjutnya Hudoyo (1990) menyatakan bahwa ”sasaran atau objek perolehan Matematika adalah fakta, konsep operasi dan prinsip”.
Dengan demikian Matematika dengan ciri-cirinya yang tersendiri memerlukan prinsip belajar yang cocok dalam mempelajarinya, seperti yang dikemukakan oleh Bruner (Hudoyo, 1990), bahwa ”belajar Matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur Matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu”.
Selanjutnya menurut Ruseffendi (1990) bahwa
”Belajar Matematika itu adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dan padat yang lebih berupa bahasa dan pengetahuan struktur yang terorganisasi”.

Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa belajar Matematika merupakan suatu proses. Belajar Matematika merupakan proses kontinu karena konsep-konsep Matematika tersusun secara hierarkis. Proses belajar Matematika akan berjalan jika seseorang menguasai atau menerapkan pengalaman dalam belajar Matematika sebelumnya. Matematika harus dipelajari menurut aturan tingkat kesukaran yang logis dan juga didasarkan pada pengalaman-pengalaman dalam belajar terdahulu sehingga hasil belajar benar-benar bermakna. Dengan demikian belajar Matematika pada hakekatnya suatu aktivitas mental dan fisik untuk memahami arti dari berbagai konsep, struktur, hubungan dan simbol kemudian menerapkannya pada situasi lain sehingga terjadi perubahan pengetahuan dan keterampilan.
b.      Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek  pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Jika perubahan tingkah laku adalah tujuan yang ingin dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan tingkah laku itulah yang menjadi salah satu indikator yang dijadikan untuk mengetahui kemajuan individu (siswa) yang telah diperoleh di sekolah.
Menurut Kimble dan Garmezy (Ali, 1987), sifat perubahan perilaku dalam belajar bersifat permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama.
Menurut Abdurrahman (Arifai, 2004), ”hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar”. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang, di mana hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajarinya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat atau besarnya perubahan tingkah laku yang dapat dicapai dari suatu pengalaman yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan dan kebiasaan. Pengalaman disini merupakan suatu proses yang selalu berhubungan dengan proses belajar mengajar. Kesimpulan yang lain, hasil belajar mengajar adalah ukuran yang menyatakan taraf kemampuan berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai oleh seseorang sebagai hasil dari sesuatu yang dipelajari selama waktu tertentu.
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar sedangkan hasil belajar Matematika yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990) adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi Matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya.  
2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar individu. Kedua faktor tersebut mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.
Menurut Ahmadi (2004), yang tergolong dalam faktor internal adalah sebagai berikut :
“(1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. (2) Faktor psikologis yang terdiri atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan bakat, serta faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. (3) Faktor kematangan fisik maupun psikis”.

Dan yang tergolong dalam faktor eksternal adalah :

“(1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. (2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. (4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan”.

Dimyati (1989) mengemukakan faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi perbedaan kemampuan, motivasi berhasil, kecemasan, minat dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekolah, lingkungan rumah tangga dan keadaan sosial ekonomi.
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intelegensi melainkan juga faktor non-intelegensi seperti minat, kreativitas, kebiasaan, kecemasan, motivasi, dan lain-lain. Hal ini menggambarkan bahwa hasil belajar Matematika siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri. Masalah belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan masalah yang kompleks, sehingga sulit bagi seorang peneliti untuk menyelidikinya sekaligus dalam sekali penelitian.
Dalam penelitian ini akan dibatasi pada penyelidikan tentang pengaruh sikap belajar Matematika dan perhatian orang tua siswa terhadap hasil belajar Matematika siswa.
2.      Pengertian Sikap Belajar Matematika
a.      Pengertian Sikap
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan potisif atau perasaan negatif. Orang akan mempunyai sikap yang positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai atau merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu dengan yang lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap dapat bermacam-macam. Sekalipun demikian, orang hanya akan mempunyai sikap terhadap hal-hal yang diketahuinya. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Jika berdasarkan informasi itu timbul sikap positif atau negatif terhadap objek dan menimbulkan kecenderungan untuk bertingkah laku tertentu, terjadilah sikap(Azwar, 1995: 88).
Sikap dapat diartikan sebagai suatu ketetapan hati untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sikap dapat pula dikatakan sebagai respon evaluatif, sedangkan respon akan timbul apabila seseorang dihadapkan pada suatu stimulasi yang menghendaki adanya reaksi(respon). Respon evaluatif adalah bentuk dari reaksi yang dinyatakan sebagai sikap yang timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri seseorang yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai reaksi terhadap objek sikap. Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman(Azwar, 2000:7)
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan perasaan seseorang tentang objek, aktivitas, peristiwa, dan orang lain yang akan menjadi konsep untuk mempresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu yang akhirnya akan menjadi ketetapan hati untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu tersebut.
b.      Pengertian Sikap Belajar Matematika
Sikap belajar merupakan kecenderungan tindakan siswa terhadap suatu pelajaran dalam artian bahwa siswa diharapkan menentukan dan memutuskan sendiri bahwa apakah yang dipelajari itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi masa depannya(Azwar, 2000: 7).
Sikap belajar matematika dipengaruhi oleh keyakinan terhadap aktivitas belajar tersebut yang akan membawa kepada hasil belajar yang memuaskan. Sikap belajar matematika dapat dinyatakan sebagai perasaan terhadap matematika dan kesiapan mempelajarinya. Sementara itu perasaan terhadap matematika dapat berupa perasaan positif atau perasaan negatif terhadap matematika. Perasaan positif terhadap matematika yang berarti mendukung dan menyenangi pelajaran matematika, dan sebaliknya perasaan negatif terhadap matematika berarti tidak mendukung atau tidak menyenangi pelajaran matematika.
Azwar(1995: 12) mengemukakan bahwa:
“keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif(yang diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang lemah”.

Pengetahuan mengenai sikap siswa terhadap belajar matematika akan sangat bermanfaat dalam penanganan masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan belajar matematika yang dihadapi siswa. Penanganan itu antara lain dalam bentuk pemberian stimulus tertentu untuk memperoleh efek perilaku yang diinginkan. Demikian pula untuk memecahkan soal-soal matematika, siswa dituntut untuk banyak berlatih. Baik berlatih mengerjakan soal matematika, maupun mengkaji ulang mengenai konsep atau teori matematika yang telah dipelajarinya. Dalam hal ini, untuk mencapai hasil belajar yang optimal pada pelajaran matematika samgat diperlukan sikap positif seorang siswa.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap belajar matematika adalah perasaan terhadap matematika dan kesiapan  untuk mempelajarinya, dimana perasaan tersebut dapat berupa perasaan positif ataupun perasaan negatif terhadap matematika. Perasaan positif berarti mendukung dan menyenangi pelajaran matematika, dan sebaliknya perasaan negatif berarti tidak mendukung atau tidak menyenangi pelajaran matematika.
3.      Perhatian Orang Tua
              Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek psikologis yang tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dam luar diri individu. Dengan perhatian dapat digunakan untuk meramalkan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Perhatian akan memberikan warna dan corak bahkan arah tingkah laku seseorang. Dengan perhatian, seseorang akan mendapatkan gambaran kemungkinan rangsangan yang akan timbul sebagai respon terhadap masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya.
              Perhatian berbeda dari simpati, empati dan komunikasi walaupun ketiganya berhubungan erat dalam pemusatan tenaga seseorang. Menurut Dakir    (1993 : 114) ”Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar individu sedangkan pendapat senada dikemukakan oleh Slameto ( 1995 : 105)
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.
              Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa perhatian orang tua adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu abjek yang dilakukan oleh ayah dan ibu atau wali terhadap anaknya dalam suatu aktivitas.
              Menurut Tim Penulis FIP – IKIP Yogyakarta ( 1993 : 13 ) disebutkan adanya macam-macam perhatian dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang yang pada prinsipnya meliputi :
a.              Macam-macam perhatian orang tua menurut cara kerjanya, dibedakan menjadi:
1.      Perhatian spontan, yaitu perhatian yang tidak disengaja atau tidak sekehendak subjek.
2.      Perhatian refleksi, yaitu perhatian yang disengaja atau sekehendak subjek.
b.             Macam-macam perhatian orang tua menurut intensitasnya, dibedakan menjadi:
1.        Perhatian intensif, yaitu perhatian yang banyak menyertakan aspek kesadarannya.
2.        Perhatian tidak intensif, yaitu perhatian yang tidak banyak menyertakan aspek kesadaran.
c.              Macam-macam perhatian orang tua menurut luasnya, dibedakan menjadi:
1.        Perhatian Terpusat, yaitu perhatian yang tertuju pada lingkup objek yang sangat terbatas, perhatian ini sering disebut dengan perhatian Konsentratif.
2.        Perhatian Terpencar, yaitu perhatian yang tertuju kepada macam-macam objek.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam perhatian dapat dibedakan berdasarkan objek tertentu yang disertai aktivitas. Dalam penelitian ini perhatian orang tua terhadap anak disimpulkan sebagai pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan oleh orang tua ( ayah, ibu atau wali ) yang berupa : perhatian spontan, perhatian refleksi, perhatian intensif, perhatian terpusat dan perhatian terpencar.
B.     Kerangka Pikir                     
1.      Hubungan antara Pengaruh Sikap Belajar Matematika dengan Prestasi Belajar Siswa
Sikap belajar matematika dapat dikatakan sebagai ketetapan yang diambil seseorang dalam melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Sikap biasanya muncul melalui proses evaluasi seseorang mengenai suatu objek. Dengan demikian, dalam proses belajar matematika pun perlu adanya sikap dari siswa untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas belajar matematika. Jika seorang siswa bersikap positif terhadap matematika, maka dia akan cenderung memutuskan untuk belajar matematika setiap ada kesempatan yang luang. Jadi, semakin baik (positif) sikap siswa dalam belajar matematika, maka akan semakin sering siswa tersebut meluangkan waktu untuk mempelajari matematika, sehingga akhirnya berdampak pada peningkatan hasil belajarnya.
1.    Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa
Menjadi orang tua tidak berarti menjadi arif, serba tahu dan serba benar. Mencari dan menyayangi anak adalah suatu naluri tetapi bagaimana menyatakan rasa sayang dan cinta adalah suatu ketrampilan yang bisa dipelajari dan dilatih.
Orang tua yang memutuskan untuk bersama-sama berkarir, perlu saling memberi dukungan psikologis satu sama lain sehingga memperkuat, melengkapi dan menunjang karir masing-masing, tetapi kualitas hubungan dengan anak perlu dijaga dengan cara meningkatkan kepedulian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Empati perlu dipertajam sehingga orang tua bisa menempatkan pikiran dan  perasaannya ke dalam pikiran dan perasaan anak dalam kondisi khusus misalnya si anak sedang belajar maka dibutuhkan lebih banyak perhataian dari orang tua. Pola hidup sibuk dapat menjadi model bagi anak yntuk mengembangkan sikap dan perilaku produktif, motivasi tinggi untuk berprestasi, bertanggung jawab dan mandiri.
Setiap orang tua diharapkan mampu menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak dan seluruh anggota keluarga. Dari keluarga seharusnya anak  memperoleh pendidikan, apa saja yang seharusnya boleh dilakukan dan apa saja yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Membiasakan anak hidup teratur, tertib, disiplin, sopan, santun baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan diluar keluarga. Semua ini diarahkan pula untuk menanamkan jiwa kemandirian dan sebagai modal untuk menumbuhkan profesionalisme, mencapai prestasi belajar di sekolah yang sangat diperlukan dalam masa depannya
2.      Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk membina hubungan orang tua dan anak yang pada akhirnya diharapkan dapat menumbuhkan, membina dan mengembangkan minat belajar anak salah satunya adalah penanaman kedisiplinan terhadap anak.
Hasil belajar yang tinggi yang dicapai di sekolah merupakan harapan semua pihak, baik pihak siswa sendiri, guru, orang tua bahkan pemerintah. Menurunnya hasil belajat anak didik pada seluruh jenjang pendidikan di Indonesia saat ini termasuk SMA, menyebabkan perlunya diselidiki faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut.
Pada dasarnya hasil belajar yang diraih siswa merupakan hasil suatu proses dalam suatu sistem yang saling berhubungan, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajarpun dapat terjadi saling berhubungan antara faktor yang satu dengan faktor yang lain. Adanya perhatian yang cukup dari orang tua serta sikap belajar matematika yang bagus akan berpengaruh kepada diri anak sehingga mempunyai minat untuk belajar tinggi atau keras, maka dalam dirinya akan muncul dorongan psikologis yang sangat kuat untuk mempersiapkan diri untuk belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bila pengaruh perhatian orang tua dilaksanakan di rumah secara efektif dan didukung oleh sikap belajar yang bagus, maka akan diperoleh hasil dan prestasi belajar juga tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila pengaruh perhatian orang tua tidak dilaksanakan secara efektif dan sikap belajar siswa tidak baik, maka hasil dan prestasi belajar siswapun juga rendah.
C.    Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut:
1.      Sikap belajar dan perhatian orang tua berpengaruh positif terhadap hasil belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
Untuk keperluan pengujian statistiknya, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H0 :  =  = 0 melawan H1 :  ≠ 0 atau = 0
H0        : Sikap belajar dan perhatian orang tua tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
H1        : Sikap belajar dan perhatian orang tua berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
2.      Sikap belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
Untuk keperluan pengujian statistiknya, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H0 :  = 0 melawan H1 :  ≠ 0
   H0        : Sikap belajar matematika tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
H1        : Sikap belajar matematika berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
3.      Perhatian orang tua berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
Untuk keperluan pengujian statistiknya, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H0 :  = 0 melawan H1 :  ≠ 0
H0         :  Perhatian orang tua tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
H1         : Perhatian orang tua berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
III. METODE PENELITIAN
A.       Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah  penelitian “ex post facto”, yang bersifat korelasional dalam artian bahwa penelitian ini hanya meneliti suatu kejadian tanpa ada perlakuan sebelumnya terhadap obyek yang diteliti.
B.        Variabel dan Desain Penelitian
1.  Variabel Penelitian
Variabel yang diselidiki dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel bebasnya adalah sikap belajar matematika (X1), dan variabel perhatian orang tua (X2). Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika (Y).
2.  Desain Penelitian
 Desain hubungan antarvariabel dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
X1 =   Skor sikap belajar matematika.
X2 =   Skor perhatian orang tua.
Y  =   Hasil belajar
          matematika
 
                     






C.        Defenisi Operasional Variabel
Untuk memberikan gambaran operasional dari variabel-variabel yang diselidiki dalam penelitian ini, maka berikut dikemukakan definisi operasional untuk masing-masing variabel.
1.        Hasil belajar Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor tes yang diperoleh dari hasil tes belajar Matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar terhadap materi pelajaran pokok bahasan sistem persamaan dan pertidaksamaan linear dengan indikator sistem persamaan linear tiga variabel, pertidaksamaan satu variabel yang melibatkan bentuk pecahan aljabar, dan merancang model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan penafsirannya.
2.      Sikap belajar matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu skor yang diperoleh siswa kelas X SMAN 8 Makassar dari hasil pengisian kuesioner motivasi belajar Matematika. Kuesioner tersebut mengukur perasaan terhadap matematika dan kesiapan  untuk mempelajarinya, dimana perasaan tersebut dapat berupa perasaan positif ataupun perasaan negatif terhadap matematika.
3.        Perhatian orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar dari hasil pengisian kuesioner perhatian orang tua. Kuesioner tersebut mengukur segala kecenderungan atau keaktifan perhatian orang tua yang dikerahkan, untuk memberikan motivasi atau dorongan yang positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar yang optimal.
D.       Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh skor variabel penelitian, maka digunakan tiga(3) instrumen yaitu (1) Skala penilaian sikap belajar matematika, (2) Skala penilaian perhatian orang tua siswa, dan (3) Tes hasil belajar matematika. Adapun rincian dari setiap instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Sikap Belajar Matematika
Untuk mengukur variabel ini, maka digunakan instrumen dalam bentuk skala penilaian sikap belajar matematika siswa yang ditandai dengan indikator:
1.      Percaya diri untuk terlibat secara langsung dalam mempelajari matematika
2.      Tindakan yang mencerminkan tanggungjawab
3.      Perasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika.
Bentuk alat ukur sikap belajar matematika yaitu dengan menggunakan Skala Likert, dimana setiap itemnya dilengkapi dengan lima pilihan jawaban yaitu: Sangat Setuju(SS), Setuju(S), Ragu-ragu(RG), Tidak Setuju(TS), dan Sangat Tidak Setuju(STS). Skor pemberian bergantung kepada bentuk pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif, skornya masing-masing adalah SS=5, S=4, RG=3, TS=2, dan STS=1. Sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif yaitu SS=1, S=2, RG=3, TS=4, dan STS=5.
2.      Perhatian orang tua adalah respon siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar terhadap perhatian dan dukungan yang diberikan oleh orang tua dalam kegiatan belajarnya yang diungkap melalui instrument skala yaitu:
a.          Perhatian dari orang tua
b.         Penghargaan/apresiasi dari orang tua
c.          Penyediaan fasilitas belajar di rumah
d.         Motivasi dari orang tua
Bentuk alat ukur perhatian orang tua yaitu dengan menggunakan Skala Likert, dimana setiap itemnya dilengkapi dengan lima pilihan jawaban yaitu: Sangat Sering(SS), Sering(S), Kadang-kadang(KK), Jarang(J), dan Tidak Pernah(TP). Skor pemberian bergantung kepada bentuk pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif, skornya masing-masing adalah SS=5, S=4, KK=3, J=2, dan TP=1. Sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif yaitu SS=1, S=2, KK=3, J=4, dan TP=5.
3.      Tes Hasil Belajar Matematika
Data tentang hasil belajar Matematika diperoleh berdasarkan skor tes hasil belajar Matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar pada tahun pelajaran 2013/ 2014.Untuk mengkategorikan skor hasil belajar Matematika digunakan kriteria skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Suparman, 2005) yang digolongkan dalam lima tingkatan, yaitu sebagai berikut:
85 % - 100%        atau skor   85 – 100    dikategorikan sangat tinggi
65 % - 84 %         atau skor   65 – 84      dikategorikan tinggi
55 % - 64 %         atau skor   55 – 64       dikategorikan sedang
35 % - 54 %         atau skor   35 – 54       dikategorikan rendah
0 % - 34 %           atau skor   0 – 34         dikategorikan             sangat rendah
E.        Populasi dan Sampel Penelitian
1.    Populasi
Populasi adalah keseluruhan aspek tertentu dari ciri, fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian dalam suatu studi atau penelitian (Tiro, 2008:5). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar tahun pelajaran 2013/ 2014 yang tersebar dalam 9 kelas.
2.    Sampel
Sampel adalah jumlah anggota yang dipilih atau diambil dari suatu populasi (Tiro, 2008:6). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak berkelompok (cluster random sampling). Adapun langkah-langkah pengambilan sampel yang ditempuh adalah:
a.       Mengidentifikasi semua kelas X SMA Negeri 8 Makassar pada tahun 2013/ 2014 yang tersebar dalam 9 kelas.
b.      Membuat kerangka penyampelan (sampling frame) dengan kelas sebagai unit sampel, dan diasumsikan bahwa objek penelitian pada semua kelas yang ada pada kerangka tersebut mempunyai karakter yang homogen dengan menghitung jumlah semua siswa pada masing-masing kelas.
c.       Memilih 2 kelas secara random dari kerangka penyampelan yang telah terbentuk. Seluruh siswa yang terdapat pada 2 kelas terpilih akan dijadikan responden dalam penelitian ini.
F.        Teknik Pengumpulan Data
 Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mempergunakan instrumen-instrumen yang sudah disebutkan di atas. Pengumpulan data dilakukan secara langsung. Dikatakan langsung karena data diperoleh dengan meminta responden penelitian untuk menjawab tes dan mengisi angket atau kuesioner secara langsung tanpa perantaraan orang lain.
Hasil pengisian angket/ kuesioner selanjutnya diskor melalui prosedur penskoran untuk merubah dari skala Likert menjadi skala interval. Skor-skor akhir yang diperoleh inilah yang akan menjadi data penelitian untuk variabel-variabel kognitif yang diteliti. Sedangkan hasil tes akan diskor untuk menjadi data variabel hasil belajar matematika.
G.          Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.
4.      Analisis Statistik Deskriptif
Teknik analisis deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan tentang karakteristik distribusi nilai dari masing-masing kelompok penelitian seperti rata-rata, standar deviasi dan kriteria yang berdasar dari “method of summated rating” dengan menentukan garis bilangan yang berdasar dari titik tengah dari jumlah masing-masing kategori jawaban dan merupakan batas-batas interval kategori.
5.      Analisis Statistik Inferensial
Teknik statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk keperluan tersebut dalam mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear ganda pada taraf kepercayaan 95% ().
Model regresi linear ganda tersebut adalah sebagai berikut:
y = 0 + 1x1 + 2x2 +
Dengan fungsi taksiran:
 = b0 + b1x1 + b2x2
Keterangan:
y    = Hasil belajar Matematika
X1  = Sikap belajar Matematika
X2  = Perhatian Orang Tua
i = Parameter dalam regresi ( i = 0,1, 2)
bi   = Estimator dalam regresi ( i = 0,1, 2)
   = Kekeliruan regresi       












DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ardiana, Kristin. 2009. Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sma Muhammadiyah I Surakarta. Skripsi. UMS Surakarta

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dimyati. Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

Faturrohman, U., Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Haling, A., dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Heini, Rita. 1999. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas 3 SMU N 1 Pekalongan. Pendidikan Ekonomi UNNES Semarang

Hudoyo, H. 1990. Strategi belajar Mengajar Matematika. IKIP Malang

Kamaruddin, Muis. 2004. Pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar matematika. Skripsi. UNM Makassar

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Tiro, Muhammad Arif. 2008. Statistika Sebaran Bebas Edisi Kedua. Makassar: Andhira Publisher