I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang
sadar akan tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan salah satu hal penting
dalam kegiatan pendidikan, karena tidak saja akan memberikan arah kemana harus
menuju, tetapi juga memberikan ketentuan yang positif dalam memilih materi
(isi), metode, alat evaluasi dalam kegiatan yang dilakukan. Secara umum tujuan
pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah kedewasaan.
Matematika
merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam
pendidikan, yang dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tidak mengherankan jika pelajaran matematika dalam pelaksanaan
pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi.
Mengingat pentingnya
peranan matematika maka hasil
belajar matematika setiap sekolah perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Olehnya itu, para siswa dituntut untuk menguasai pelajaran matematika, karena
disamping sebagai ilmu dasar juga sebagai sarana berfikir ilmiah yang sangat
berpengaruh untuk menunjang keberhasilan belajar siswa dalam menempuh
pendidikan yang lebih tinggi.
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik faktor
internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri
diantaranya keadaan fisik, intelegensi, sikap, bakat, minat dan perhatian, motivasi, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya guru, teman, orang
tua, fasilitas belajar dan lain-lain
Salah
satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu sikap belajar.
Di lapangan, sebagian siswa biasa
mengatakan”saya senang belajar matematika, gurunya ramah, dan penjelasannya
mudah dimengerti”. Namun kebanyakan dari mereka sering mengatakan “saya tidak
senang belajar matematika, susah mempelajarinya, dan banyak rumus-rumus yang
perlu dihafal”. Hal ini mencerminkan sikap siswa terhadap pelajaran matematika,
baik berupa sikap positif maupun sikap negatif. Sikap positif adalah
pertimbangan siswa bahwa pelajaran matematika sangat bermanfaat bagi dirinya.
Perhatian orang tua sebagai salah satu faktor dari
luar diri siswa dapat dipandang sebagai salah satu variabel yang diduga
berpengaruh terhadap hasil belajar termasuk hasil belajar matematika. Anggapan
ini didasarkan pada kenyataan bahwa anak berada di sekolah hanya kurang lebih 7
jam perhari, sementara sisanya 17 jam sehari semalam digunakan di luar sekolah.
Sebagai orang tua yang bijaksana seharusnya dapat mengontrol penggunaan waktu
di luar sekolah tersebut agar tidak digunakan untuk kegiatan yang kurang
bermanfaat. Orang tua dituntut untuk bersikap seperti guru, mengetahui
masalah-masalah dan tugas anaknya di sekolah, mengevaluasi perkembangan anaknya,
serta bekerja sama dengan guru dan pimpinan sekolah.
Mardiatmaja (1990) juga menyatakan bahwa pemilik
utama dari hak dan kewajiban mendidik adalah orang tua. Secara intuitif setiap orang tua pasti
mendidik anaknya. Di samping itu pada praktek kehidupan sehari-hari orang tua
berpartisipasi aktif pada kebijakan sekolah. Dengan demikian keterlibatan orang
tua pada kegiatan anak di sekolah
merupakan salah satu faktor yang diduga dapat meningkatkan proses
pendidikan siswa disekolah. Slameto (1988) menyatakan bahwa hasil belajar siswa
dapat dipengaruhi oleh keluarga dalam cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, dan suasana rumah tangga.
Selain guru, orang
tua juga harus mampu menciptakan situasi yang dapat menunjang perkembangan
belajar siswa, termasuk dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Semua ini
tidak terlepas dari perhatian yang diberikan oleh orang tua terhadap kegiatan belajar
seorang siswa. Sehingga orang tua dan guru akan dapat berperan sebagai
motivator siswa dalam belajar khususnya dalam belajar matematika.
Berkaitan dengan kenyataan yang dikemukakan di atas,
dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Oleh karena itu, faktor-faktor penyebab kesulitan siswa khususnya yang secara
teoritis mempengaruhi hasil belajar matematika perlu diteliti secara
sistematis. Sehingga karakter siswa yang diduga mempengaruhi hasil belajar
matematika dapat ditelusuri secara lebih seksama. Dengan demikian sebagai
langkah awal dianggap perlu untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar matemtika. Faktor-faktor yang dimaksud adalah
sikap belajar matematika siswa dan perhatian orang tua/wali siswa.
Berdasarkan hal-hal
yang telah dikemukakan berkaitan dengan sikap belajar matematika dan perhatian orang
tua/wali siswa, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Sikap Belajar Matematika dan Perhatian Orang Tua/Wali Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Makassar”.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang terkait
dengan penelitian ini, yaitu:
a.
Adanya kecenderungan menurunnya prestasi
belajar yang dicapai siswa-siswa di segala jenjang pendidikan formal yang ada
di Indonesia termasuk SMA sehingga perlu mendapatkan perhatian dan
penanganannya.
b.
Salah satu indikator yang menyebabkan
prestasi belajar siswa menurun adalah pengaruh perhatian orang tua, yang kurang
baik.
c.
Disisi lain sikap belajar matematika
yang merupakan salah satu penunjang kesuksesan belajar belum sepenuhnya
dipunyai oleh siswa.
d.
Hasil prestasi belajar siswa dalam suatu
lembaga pendidikan formal merupakan hal yang sangat pokok untuk diperhatikan,
karena dengan mengetahui hasil belajar siswa kita akan mengetahui pula
efektifitas proses belajar dan mengajar yang berlangsung di sekolah.
2. Batasan Masalah
Dari
latar belakang di atas, agar permasalahan pada rumusan masalah dapat terarah dan secara mendalam, maka
istilah dibatasi sesuai dengan rumusan masalah tersebut, yakni sebagai berikut:
1.
Peneliti hanya meneliti siswa kelas X
SMA Negeri 8 Makassar tahun ajaran 2013/2014 pada bidang studi matematika.
2.
Perhatian orang tua dalam penelitian ini
adalah Kecenderungan atau
Keaktifan perhatian orang tua yang dikerahkan, untuk memberikan motivasi atau
dorongan yang positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar
yang optimal.
3.
Sikap belajar matematika dalam penelitian ini adalah perasaan terhadap matematika dan kesiapan untuk mempelajarinya, dimana perasaan
tersebut dapat berupa perasaan positif ataupun perasaan negatif terhadap
matematika..
4.
Hasil belajar siswa dibatasi pada nilai
hasil ujian semester ganjil mata pelajaran matematika.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar sikap belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
2. Seberapa besar perhatian orang tua
siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
3. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
4. Apakah
sikap belajar matematika berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
5. Apakah
perhatian orang tua siswa berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
6. Apakah sikap belajar matematika dan
perhatian orang tua siswa secara
bersama-sama berpengaruh
terhadap
hasil belajar matematika
siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar?
C.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui
seberapa besar sikap belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
2.
Mengetahui
seberapa besar perhatian orang tua siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
3.
Mengetahui
seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
4.
Mengetahui
pengaruh sikap belajar matematika terhadap
hasil belajar matematika
siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
5.
Mengetahui
pengaruh perhatian orang tua siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
6.
Mengetahui
pengaruh sikap belajar matematika dan
perhatian orang tua siswa secara
bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar
D.
Manfaat
Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Dengan mengetahui seberapa besar pengaruh
sikap belajar matematika dan perhatian orang tua siswa terhadap hasil belajar matematika, diharapkan
dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam menentukan langkah-langkah yang
tepat dalam proses pembelajaran matematika.
b.
Sebagai
bahan pertimbangan bagi guru dalam mengajar. Pertimbangan tersebut dapat berupa
penekanan dalam mengantisipasi variabel mana yang masih perlu ditingkatkan
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
c.
Sebagai
bahan masukan bagi semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan,
khususnya bidang studi matematika.
d.
Sebagai
bahan referensi atau rujukan bagi penelitian terkait.
II.
KERANGKA
TEORETIK DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Teoretik
1.
Hasil Belajar Matematika
a.
Pengertian Belajar Matematika
Istilah belajar merupakan istilah yang sudah lazim di
kalangan masyarakat. Banyak ahli telah memberi batasan atau definisi tentang
belajar. Definisi belajar sangat sulit untuk diformulasikan secara utuh atau
memuaskan, karena melibatkan semua aktifitas dan proses yang diharapkan untuk
dimasukkan ataupun dihapus.
Menurut
Slameto (Haling, 2006: 1)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Wingkel (Haling, 2006: 2) menjelaskan bahwa belajar pada manusia
merupakan suatu proses psikologi yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek
dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang bersifat konstan/menetap. Perubahan-perubahan itu
dapat berupa sesuatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku nyata.
Hamalik (Haling, 2006: 2)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perkembangan diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan,
belajar itu perubahan-perubahan yang psikhis. Sedangkan Sadiman, dkk (1996: 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur
hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.
Belajar sebagai suatu
perubahan yang relative dalam
menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Selanjutnya
menurut Nasution
(Masnaini, 2003: 5) mengemukakan pengertian hakekat belajar: (1) belajar adalah
perubahan pengetahuan; dan (2) belajar adalah perubahan kelakuan berkat
pengalaman dan latihan (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 6).
Menurut Glender (Haling, 2006: 2),
belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan , dan
sikap. Selain itu
Fontana (Winataputra, 1994: 2) berpendapat bahwa Belajar mengandung pengertian proses perubahan
yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Definisi tersebut memusatkan perhatian pada tiga hal yaitu (1) bahwa belajar
harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku individu; (2) bahwa perubahan
itu harus merupakan buah dari pengalaman; dan (3) bahwa perubahan itu terjadi
pada perilaku individu yang mungkin.
Sebagaimana yang dikatakan Sahabuddin (Haling, 2006: 2) bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang
menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih
mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang
dihadapi dalam hidupnya. Selain itu Thursan Hakim dalam bukunya
Belajar Secara efektif (2002) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan
di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, pemahaman, keterampilan, daya pikir,
dan lain-lain kemampuannya (Fathurrohman &
Sutikno, 2007: 6).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan
dan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Belajar pada hakikatnya adalah
“perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas
tertentu. Walaupun pada hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori
belajar.
Belajar Matematika adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri peserta didik. Dengan belajar Matematika, pengetahuan,
kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang akan terbentuk dan berkembang menjadi
suatu hasil. Belajar Matematika juga merupakan suatu proses kegiatan yang
diharapkan mampu memberikan perubahan pada keterampilan siswa. Keterampilan
yang dimaksud adalah pemahaman terhadap struktur, hubungan, pola dan bentuk
seperti yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990) yang menyatakan bahwa ”objek
penelaahan Matematika tidak sekedar kuantitas tetapi lebih dititikberatkan pada
hubungan, pola, bentuk dan struktur”. Selanjutnya Hudoyo (1990) menyatakan
bahwa ”sasaran atau objek perolehan Matematika adalah fakta, konsep operasi dan
prinsip”.
Dengan demikian Matematika dengan ciri-cirinya yang tersendiri memerlukan
prinsip belajar yang cocok dalam mempelajarinya, seperti yang dikemukakan oleh
Bruner (Hudoyo, 1990), bahwa ”belajar Matematika adalah belajar tentang
konsep-konsep dan struktur Matematika yang terdapat di dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur
itu”.
Selanjutnya menurut Ruseffendi (1990)
bahwa
”Belajar Matematika itu adalah pola pikir, pola
mengorganisasikan pembuktian logik. Matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dan padat
yang lebih berupa bahasa dan pengetahuan struktur yang terorganisasi”.
Dari pengertian di atas, dapat dikatakan
bahwa belajar Matematika merupakan suatu proses. Belajar Matematika merupakan
proses kontinu karena konsep-konsep Matematika tersusun secara hierarkis.
Proses belajar Matematika akan berjalan jika seseorang menguasai atau
menerapkan pengalaman dalam belajar Matematika sebelumnya. Matematika harus
dipelajari menurut aturan tingkat kesukaran yang logis dan juga didasarkan pada
pengalaman-pengalaman dalam belajar terdahulu sehingga hasil belajar
benar-benar bermakna. Dengan demikian belajar Matematika pada hakekatnya suatu
aktivitas mental dan fisik untuk memahami arti dari berbagai konsep, struktur,
hubungan dan simbol kemudian menerapkannya pada situasi lain sehingga terjadi
perubahan pengetahuan dan keterampilan.
b.
Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil
belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses
belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari
suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan
perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek
sikapnya. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Jika
perubahan tingkah laku adalah tujuan yang ingin dicapai dari aktivitas belajar,
maka perubahan tingkah laku itulah yang menjadi salah satu indikator yang
dijadikan untuk mengetahui kemajuan individu (siswa) yang telah diperoleh di
sekolah.
Menurut
Kimble dan Garmezy (Ali, 1987), sifat perubahan perilaku dalam belajar bersifat
permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya
kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil
yang sama.
Menurut Abdurrahman (Arifai,
2004), ”hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan
belajar”. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang, di mana hasil
belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak tentang materi yang
akan dipelajarinya.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat atau
besarnya perubahan tingkah laku yang dapat dicapai dari suatu pengalaman yang
mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan dan kebiasaan. Pengalaman
disini merupakan suatu proses yang selalu berhubungan dengan proses belajar
mengajar. Kesimpulan yang lain, hasil belajar mengajar adalah ukuran yang
menyatakan taraf kemampuan berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dicapai oleh seseorang sebagai hasil dari sesuatu yang dipelajari
selama waktu tertentu.
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya
disebut tes hasil belajar sedangkan hasil belajar Matematika yang dikemukakan
oleh Hudoyo (1990) adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa
terhadap bidang studi Matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang
terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya.
2. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang
siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar individu. Kedua
faktor tersebut mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka membantu siswa
dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.
Menurut Ahmadi (2004), yang tergolong dalam faktor internal adalah sebagai
berikut :
“(1)
Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,
misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. (2) Faktor
psikologis yang terdiri atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan bakat,
serta faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. (3)
Faktor kematangan fisik maupun psikis”.
Dan
yang tergolong dalam faktor eksternal adalah :
“(1)
Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. (2) Faktor budaya seperti adat
istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (3) Faktor lingkungan fisik
seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. (4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan”.
Dimyati (1989) mengemukakan faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar
meliputi perbedaan kemampuan, motivasi berhasil, kecemasan, minat dan
sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekolah, lingkungan
rumah tangga dan keadaan sosial ekonomi.
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intelegensi melainkan juga faktor
non-intelegensi seperti minat, kreativitas,
kebiasaan, kecemasan, motivasi, dan
lain-lain. Hal ini menggambarkan bahwa hasil belajar Matematika siswa
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara bersama-sama maupun secara
sendiri-sendiri. Masalah belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
merupakan masalah yang kompleks, sehingga sulit bagi seorang peneliti untuk
menyelidikinya sekaligus dalam sekali penelitian.
Dalam penelitian ini akan dibatasi pada penyelidikan tentang pengaruh sikap belajar Matematika dan
perhatian orang tua siswa terhadap hasil belajar Matematika siswa.
2.
Pengertian Sikap Belajar Matematika
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari
dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta
menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap selalu berkenaan
dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan
potisif atau perasaan negatif. Orang akan mempunyai sikap yang positif terhadap
suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan akan bersikap negatif
terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai atau merugikan. Sikap ini
kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu dengan
yang lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap dapat bermacam-macam.
Sekalipun demikian, orang hanya akan mempunyai sikap terhadap hal-hal yang
diketahuinya. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Jika
berdasarkan informasi itu timbul sikap positif atau negatif terhadap objek dan
menimbulkan kecenderungan untuk bertingkah laku tertentu, terjadilah
sikap(Azwar, 1995: 88).
Sikap dapat diartikan sebagai
suatu ketetapan hati untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sikap dapat
pula dikatakan sebagai respon evaluatif, sedangkan respon akan timbul apabila
seseorang dihadapkan pada suatu stimulasi yang menghendaki adanya
reaksi(respon). Respon evaluatif adalah bentuk dari reaksi yang dinyatakan
sebagai sikap yang timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri seseorang
yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau
buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan yang kemudian
mengkristal sebagai reaksi terhadap objek sikap. Sikap dapat mengalami
perubahan sebagai akibat dari pengalaman(Azwar, 2000:7)
Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan perasaan seseorang
tentang objek, aktivitas, peristiwa, dan orang lain yang akan menjadi konsep
untuk mempresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral)
seseorang pada sesuatu yang akhirnya akan menjadi ketetapan hati untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu tersebut.
b. Pengertian Sikap Belajar Matematika
Sikap
belajar merupakan kecenderungan tindakan siswa terhadap suatu pelajaran dalam
artian bahwa siswa diharapkan menentukan dan memutuskan sendiri bahwa apakah
yang dipelajari itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi masa depannya(Azwar,
2000: 7).
Sikap belajar matematika
dipengaruhi oleh keyakinan terhadap aktivitas belajar tersebut yang akan
membawa kepada hasil belajar yang memuaskan. Sikap belajar matematika dapat
dinyatakan sebagai perasaan terhadap matematika dan kesiapan mempelajarinya. Sementara
itu perasaan terhadap matematika dapat berupa perasaan positif atau perasaan
negatif terhadap matematika. Perasaan positif terhadap matematika yang berarti
mendukung dan menyenangi pelajaran matematika, dan sebaliknya perasaan negatif
terhadap matematika berarti tidak mendukung atau tidak menyenangi pelajaran
matematika.
Azwar(1995:
12) mengemukakan bahwa:
“keyakinan mengenai perilaku
apa yang bersifat normatif(yang diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk
bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif
dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman lalu dan
perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan
perilaku yang bersangkutan. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika
rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang lemah”.
Pengetahuan
mengenai sikap siswa terhadap belajar matematika akan sangat bermanfaat dalam
penanganan masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan belajar matematika yang
dihadapi siswa. Penanganan itu antara lain dalam bentuk pemberian stimulus
tertentu untuk memperoleh efek perilaku yang diinginkan. Demikian pula untuk
memecahkan soal-soal matematika, siswa dituntut untuk banyak berlatih. Baik
berlatih mengerjakan soal matematika, maupun mengkaji ulang mengenai konsep
atau teori matematika yang telah dipelajarinya. Dalam hal ini, untuk mencapai
hasil belajar yang optimal pada pelajaran matematika samgat diperlukan sikap
positif seorang siswa.
Berdasarkan
beberapa penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap belajar
matematika adalah perasaan
terhadap matematika dan kesiapan untuk
mempelajarinya, dimana perasaan tersebut dapat berupa perasaan positif ataupun
perasaan negatif terhadap matematika. Perasaan positif berarti mendukung dan
menyenangi pelajaran matematika, dan sebaliknya perasaan negatif berarti tidak
mendukung atau tidak menyenangi pelajaran matematika.
3.
Perhatian
Orang Tua
Perhatian merupakan
pemusatan psikis, salah satu aspek psikologis yang tertuju pada suatu objek
yang datang dari dalam dam luar diri individu. Dengan perhatian dapat digunakan
untuk meramalkan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Perhatian akan memberikan warna dan corak bahkan arah tingkah laku
seseorang. Dengan perhatian, seseorang akan mendapatkan gambaran kemungkinan
rangsangan yang akan timbul sebagai respon terhadap masalah atau keadaan yang
dihadapkan kepadanya.
Perhatian berbeda dari simpati, empati
dan komunikasi walaupun ketiganya berhubungan erat dalam pemusatan tenaga
seseorang. Menurut Dakir (1993 : 114)
”Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang
dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu baik yang ada di dalam
maupun yang ada di luar individu sedangkan pendapat senada dikemukakan oleh
Slameto ( 1995 : 105)
Perhatian
adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan
rangsangan yang datang dari lingkungannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah diambil
kesimpulan bahwa perhatian orang tua adalah pemusatan energi psikis yang
tertuju pada suatu abjek yang dilakukan oleh ayah dan ibu atau wali terhadap
anaknya dalam suatu aktivitas.
Menurut Tim Penulis
FIP – IKIP Yogyakarta ( 1993 : 13 ) disebutkan adanya macam-macam perhatian
dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang yang pada prinsipnya meliputi :
a.
Macam-macam perhatian orang tua menurut cara kerjanya,
dibedakan menjadi:
1.
Perhatian
spontan, yaitu perhatian yang tidak disengaja atau tidak sekehendak subjek.
2.
Perhatian
refleksi, yaitu perhatian yang disengaja atau sekehendak subjek.
b.
Macam-macam
perhatian orang tua menurut intensitasnya, dibedakan menjadi:
1.
Perhatian
intensif, yaitu perhatian yang banyak menyertakan aspek kesadarannya.
2.
Perhatian
tidak intensif, yaitu perhatian yang tidak banyak menyertakan aspek kesadaran.
c.
Macam-macam
perhatian orang tua menurut luasnya, dibedakan menjadi:
1.
Perhatian
Terpusat, yaitu perhatian yang tertuju pada lingkup objek yang sangat terbatas,
perhatian ini sering disebut dengan perhatian Konsentratif.
2.
Perhatian Terpencar, yaitu perhatian
yang tertuju kepada macam-macam objek.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam
perhatian dapat dibedakan berdasarkan objek tertentu yang disertai aktivitas.
Dalam penelitian ini perhatian orang tua terhadap anak disimpulkan sebagai
pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan oleh orang
tua ( ayah, ibu atau wali ) yang berupa : perhatian spontan, perhatian
refleksi, perhatian intensif, perhatian terpusat dan perhatian terpencar.
B.
Kerangka
Pikir
1.
Hubungan
antara Pengaruh Sikap Belajar Matematika dengan Prestasi Belajar Siswa
Sikap belajar matematika dapat dikatakan
sebagai ketetapan yang diambil seseorang dalam melakukan atau tidak melakukan suatu
perilaku. Sikap biasanya muncul melalui proses evaluasi seseorang mengenai
suatu objek. Dengan demikian, dalam proses belajar matematika pun perlu adanya
sikap dari siswa untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas belajar
matematika. Jika seorang siswa bersikap positif terhadap matematika, maka dia
akan cenderung memutuskan untuk belajar matematika setiap ada kesempatan yang
luang. Jadi, semakin baik (positif) sikap siswa dalam belajar matematika, maka
akan semakin sering siswa tersebut meluangkan waktu untuk mempelajari
matematika, sehingga akhirnya berdampak pada peningkatan hasil belajarnya.
1.
Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Hasil Belajar Matematika
Siswa
Menjadi orang tua tidak berarti menjadi arif, serba tahu dan serba benar.
Mencari dan menyayangi anak adalah suatu naluri tetapi bagaimana menyatakan
rasa sayang dan cinta adalah suatu ketrampilan yang bisa dipelajari dan
dilatih.
Orang tua yang memutuskan untuk bersama-sama berkarir, perlu saling memberi
dukungan psikologis satu sama lain sehingga memperkuat, melengkapi dan
menunjang karir masing-masing, tetapi kualitas hubungan dengan anak perlu
dijaga dengan cara meningkatkan kepedulian terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Empati perlu dipertajam sehingga orang tua bisa menempatkan
pikiran dan perasaannya ke dalam pikiran
dan perasaan anak dalam kondisi khusus misalnya si anak sedang belajar maka
dibutuhkan lebih banyak perhataian dari orang tua. Pola hidup sibuk dapat
menjadi model bagi anak yntuk mengembangkan sikap dan perilaku produktif,
motivasi tinggi untuk berprestasi, bertanggung jawab dan mandiri.
Setiap orang tua diharapkan mampu menjadi pendidik
pertama dan utama bagi anak dan seluruh anggota keluarga. Dari keluarga
seharusnya anak memperoleh pendidikan,
apa saja yang seharusnya boleh dilakukan dan apa saja yang seharusnya tidak
boleh dilakukan. Membiasakan anak hidup teratur, tertib, disiplin, sopan,
santun baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan diluar keluarga. Semua ini
diarahkan pula untuk menanamkan jiwa kemandirian dan sebagai modal untuk
menumbuhkan profesionalisme, mencapai prestasi belajar di sekolah yang sangat
diperlukan dalam masa depannya
2. Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi
Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk membina hubungan orang tua dan anak
yang pada akhirnya diharapkan dapat menumbuhkan, membina dan mengembangkan
minat belajar anak salah satunya adalah penanaman kedisiplinan terhadap anak.
Hasil belajar yang tinggi yang dicapai di sekolah merupakan harapan semua
pihak, baik pihak siswa sendiri, guru, orang tua bahkan pemerintah. Menurunnya
hasil belajat anak didik pada seluruh jenjang pendidikan di Indonesia saat ini
termasuk SMA, menyebabkan perlunya diselidiki faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar tersebut.
Pada dasarnya hasil belajar yang diraih siswa merupakan hasil suatu proses
dalam suatu sistem yang saling berhubungan, sehingga faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajarpun dapat terjadi saling berhubungan antara faktor
yang satu dengan faktor yang lain. Adanya perhatian yang cukup dari orang tua
serta sikap belajar matematika yang bagus akan berpengaruh kepada diri anak
sehingga mempunyai minat untuk belajar tinggi atau keras, maka dalam dirinya
akan muncul dorongan psikologis yang sangat kuat untuk mempersiapkan diri untuk
belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bila pengaruh perhatian orang
tua dilaksanakan di rumah secara efektif dan didukung oleh sikap belajar yang
bagus, maka akan diperoleh hasil dan prestasi belajar juga tinggi. Begitu pula
sebaliknya apabila pengaruh perhatian orang tua tidak dilaksanakan secara
efektif dan sikap belajar siswa tidak baik, maka hasil dan prestasi belajar siswapun
juga rendah.
C.
Hipotesis
Berdasarkan landasan
teori dan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan beberapa hipotesis sebagai
berikut:
1.
Sikap belajar dan perhatian orang tua berpengaruh
positif terhadap hasil belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
Untuk
keperluan pengujian statistiknya, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H0 : = = 0 melawan H1
: ≠ 0 atau =
0
H0 : Sikap
belajar dan perhatian orang tua tidak berpengaruh positif
terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
H1 : Sikap
belajar dan perhatian orang tua berpengaruh positif
terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
2.
Sikap belajar berpengaruh positif
terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
Untuk
keperluan pengujian statistiknya, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H0 : = 0 melawan H1 : ≠ 0
H0
: Sikap belajar
matematika tidak berpengaruh
positif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8
Makassar.
H1 : Sikap
belajar matematika berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada
siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
3.
Perhatian orang tua berpengaruh positif
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
Untuk
keperluan pengujian statistiknya, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H0 : = 0 melawan H1 : ≠ 0
H0 : Perhatian orang tua tidak berpengaruh positif
terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
H1 : Perhatian
orang tua berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada siswa
kelas X SMA Negeri 8 Makassar.
III.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian “ex post facto”, yang
bersifat korelasional dalam artian bahwa penelitian ini hanya meneliti suatu kejadian
tanpa ada perlakuan sebelumnya terhadap obyek yang diteliti.
B.
Variabel
dan Desain Penelitian
1.
Variabel Penelitian
Variabel yang diselidiki
dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel-variabel bebasnya adalah sikap belajar matematika (X1), dan
variabel perhatian orang tua (X2). Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil
belajar matematika (Y).
2. Desain Penelitian
Desain hubungan antarvariabel
dapat digambarkan sebagai berikut:
|
C. Defenisi Operasional Variabel
Untuk memberikan gambaran
operasional dari variabel-variabel yang diselidiki dalam penelitian ini, maka
berikut dikemukakan definisi operasional untuk masing-masing variabel.
1.
Hasil
belajar Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor tes yang
diperoleh dari hasil tes belajar Matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar terhadap materi pelajaran pokok bahasan sistem persamaan dan pertidaksamaan linear dengan indikator sistem persamaan linear tiga variabel, pertidaksamaan satu variabel yang
melibatkan bentuk pecahan aljabar, dan merancang model matematika yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dan penafsirannya.
2.
Sikap belajar matematika yang dimaksudkan dalam
penelitian ini yaitu skor yang
diperoleh siswa kelas X SMAN 8 Makassar dari hasil pengisian kuesioner motivasi belajar
Matematika. Kuesioner
tersebut mengukur perasaan
terhadap matematika dan kesiapan untuk
mempelajarinya, dimana perasaan tersebut dapat berupa perasaan positif ataupun
perasaan negatif terhadap matematika.
3.
Perhatian orang tua yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar dari hasil pengisian kuesioner perhatian orang tua.
Kuesioner tersebut mengukur segala kecenderungan
atau keaktifan perhatian orang tua yang dikerahkan, untuk memberikan motivasi
atau dorongan yang positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi
belajar yang optimal.
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh skor variabel
penelitian, maka digunakan tiga(3) instrumen yaitu (1) Skala penilaian sikap belajar matematika, (2) Skala penilaian perhatian orang tua siswa, dan (3) Tes hasil
belajar matematika. Adapun rincian dari setiap instrumen tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Sikap
Belajar Matematika
Untuk mengukur variabel ini,
maka digunakan instrumen dalam bentuk skala penilaian sikap belajar matematika
siswa yang ditandai dengan indikator:
1.
Percaya
diri untuk terlibat secara langsung dalam mempelajari matematika
2.
Tindakan
yang mencerminkan tanggungjawab
3.
Perasaan
siswa terhadap mata pelajaran matematika.
Bentuk alat
ukur sikap belajar matematika yaitu dengan menggunakan Skala Likert, dimana setiap itemnya dilengkapi dengan lima pilihan
jawaban yaitu: Sangat Setuju(SS), Setuju(S), Ragu-ragu(RG), Tidak Setuju(TS),
dan Sangat Tidak Setuju(STS). Skor pemberian bergantung kepada bentuk
pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif, skornya masing-masing adalah
SS=5, S=4, RG=3, TS=2, dan STS=1. Sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan
negatif yaitu SS=1, S=2, RG=3, TS=4, dan STS=5.
2.
Perhatian orang tua adalah respon siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar terhadap perhatian dan dukungan
yang diberikan oleh orang tua dalam kegiatan belajarnya yang diungkap melalui
instrument skala yaitu:
a.
Perhatian dari orang tua
b.
Penghargaan/apresiasi dari orang tua
c.
Penyediaan fasilitas belajar di rumah
d.
Motivasi dari orang tua
Bentuk alat
ukur perhatian
orang tua yaitu dengan menggunakan Skala Likert, dimana setiap itemnya dilengkapi dengan lima pilihan
jawaban yaitu: Sangat Sering(SS),
Sering(S),
Kadang-kadang(KK), Jarang(J), dan
Tidak Pernah(TP). Skor
pemberian bergantung kepada bentuk pernyataan itemnya. Untuk pernyataan
positif, skornya masing-masing adalah SS=5, S=4, KK=3, J=2,
dan TP=1.
Sedangkan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif yaitu SS=1, S=2, KK=3, J=4, dan TP=5.
3.
Tes
Hasil
Belajar Matematika
Data tentang hasil belajar Matematika diperoleh
berdasarkan skor tes hasil belajar Matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar pada tahun pelajaran 2013/ 2014.Untuk mengkategorikan skor hasil
belajar Matematika digunakan kriteria skala lima berdasarkan teknik
kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Suparman,
2005) yang digolongkan dalam lima tingkatan, yaitu sebagai berikut:
85 % - 100% atau skor 85 – 100 dikategorikan “sangat
tinggi”
65 % - 84 % atau skor 65 – 84 dikategorikan “tinggi”
55 % - 64 % atau skor 55 – 64 dikategorikan “sedang”
35 % - 54 % atau skor 35 – 54 dikategorikan “rendah”
0 % - 34 % atau skor 0 – 34 dikategorikan “sangat rendah “
E.
Populasi
dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan
aspek tertentu dari ciri, fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian
dalam suatu studi atau penelitian (Tiro, 2008:5). Dalam penelitian ini
populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 8 Makassar tahun
pelajaran 2013/ 2014 yang tersebar dalam 9 kelas.
2. Sampel
Sampel
adalah jumlah anggota yang dipilih atau diambil dari suatu populasi (Tiro,
2008:6). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel acak berkelompok (cluster random sampling). Adapun
langkah-langkah pengambilan sampel yang ditempuh adalah:
a.
Mengidentifikasi
semua kelas X SMA Negeri 8 Makassar pada tahun 2013/ 2014 yang tersebar dalam 9
kelas.
b.
Membuat
kerangka penyampelan (sampling frame) dengan kelas sebagai unit sampel,
dan diasumsikan bahwa objek penelitian pada semua kelas yang ada pada kerangka
tersebut mempunyai karakter yang homogen dengan menghitung jumlah semua siswa
pada masing-masing kelas.
c.
Memilih 2
kelas secara random dari kerangka penyampelan yang telah terbentuk. Seluruh
siswa yang terdapat pada 2 kelas terpilih akan dijadikan responden dalam
penelitian ini.
F.
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian
dilakukan dengan mempergunakan instrumen-instrumen yang sudah disebutkan di
atas. Pengumpulan data dilakukan secara langsung. Dikatakan langsung karena
data diperoleh dengan meminta responden penelitian untuk menjawab tes dan
mengisi angket atau kuesioner secara langsung tanpa perantaraan orang lain.
Hasil pengisian angket/ kuesioner selanjutnya
diskor melalui prosedur penskoran untuk merubah dari skala Likert menjadi skala
interval. Skor-skor akhir yang diperoleh inilah yang akan menjadi data
penelitian untuk variabel-variabel kognitif yang diteliti. Sedangkan hasil tes
akan diskor untuk menjadi data variabel hasil belajar matematika.
G.
Teknik
Analisis Data
Data
yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik,
yaitu statistik deskriptif
dan statistik inferensial.
4. Analisis Statistik Deskriptif
Teknik
analisis deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan tentang karakteristik
distribusi nilai dari masing-masing kelompok penelitian seperti rata-rata,
standar deviasi dan kriteria yang berdasar dari “method of summated rating” dengan
menentukan garis bilangan yang berdasar dari titik tengah dari jumlah
masing-masing kategori jawaban dan merupakan batas-batas interval kategori.
5. Analisis Statistik Inferensial
Teknik
statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk
keperluan tersebut dalam mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat yang dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear ganda pada
taraf kepercayaan 95% ().
Model
regresi linear ganda tersebut adalah sebagai berikut:
y =
0 + 1x1 + 2x2 +
Dengan
fungsi taksiran:
= b0 +
b1x1 + b2x2
Keterangan:
y = Hasil belajar
Matematika
X1 = Sikap
belajar Matematika
X2 = Perhatian
Orang Tua
i =
Parameter dalam regresi ( i = 0,1, 2)
bi = Estimator
dalam regresi ( i = 0,1, 2)
= Kekeliruan regresi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Ardiana, Kristin. 2009. Pengaruh
Perhatian Orang Tua Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi
Siswa Kelas Xi Ips Sma Muhammadiyah I Surakarta. Skripsi. UMS Surakarta
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Dimyati. Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.
Rineka Cipta.
Faturrohman, U., Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.
Haling,
A., dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Makassar:
Badan Penerbit UNM.
Heini,
Rita. 1999. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orangtua terhadap prestasi
belajar siswa kelas 3 SMU N 1 Pekalongan. Pendidikan Ekonomi UNNES Semarang
Hudoyo,
H. 1990. Strategi belajar Mengajar
Matematika. IKIP Malang
Kamaruddin,
Muis. 2004. Pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar matematika. Skripsi.
UNM Makassar
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Tiro, Muhammad Arif. 2008. Statistika Sebaran
Bebas Edisi Kedua. Makassar: Andhira Publisher